Gunung Gamping, Kepingan Kecil Masa Lalu Kesultanan Yogyakarta.
Gunung Gamping merupakan salah satu
kawasan yang diangkat menjadi cagar alam. Tempat ini menjadi saksi sejarah
panjang kisah Kesultanan Yogyakarta pada masanya. Gunung Gamping merupakan batu
pertama peninggalan laut samudera pulau jawa jutaan tahun yang lalu. Batu
setinggi 10 meter ini menjadi sejarah dimana pulau jawa terbentuk. Dahulu,
seluruh kawasan disekitar gunung gamping merupakan perbukitan, namun habis
karena di ekploitasi oleh adanya pertambangan pada masa penjajahan. Dibawah dan
di sekitar area gunung gamping ini merupakan daerah bebataun. Jika kita
melakukan penggalian kurang dari satu meter maka akan terlihat jelas berupa
bebatuan gamping. Gunung Gamping terletak di Ambarketawang, Gamping, Kabupaten
Sleman, DI Yogyakarta.
Kunjungan kami di gunung gamping saat
itu dibersamai oleh Mbah Gito. Mbah Gito merupakan salah satu penjaga cagar
alam gunung gamping. Beliau memberikan penjelasan panjang mengenai sejarah
adanya Gunung Gamping dan berbagai hal seputarnya. Gunung Gamping ini terlihat
sepi wisatawan, namun hal itu bukan masalah besar karena fokus utama gunung
gamping yaitu sebagai lokasi penelitian geologi. Meskipun demikian, tempat ini
dibuka untuk umum sebagai sarana wisata edukasi, sejarah, maupun budaya.
Pada masa kepemimpinan Sultan
Hamengkubuwono I, Gunung Gamping merupakan tempat sakral yang dijadikan sebagai
tempat untuk bersemedi dan melakukan aktivitas ritual lainnya. Pada masa itu,
Yogyakarta masih sangat kental dengan kejawen atau kepercayaan terhadap hal-hal
ghaib semacamnya. Sultan Hamengkubowono I-IX juga menyumbangkan peninggalan
berupa pohon yang telah berdiri kokoh di sekitar area Gunung Gamping. Selain
terdapat Cagar Alam Gunung Gamping, area sekitarnya pun terdapat Taman Wisata
Alam yang berada langsung dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Yogyakarta.
Gunung gamping menjadi saksi sejarah
bagaimana pulau jawa terbentuk. Gunung gamping pula menjadi tempat sakral
dimana Tradisi Saparan Bekakak tercipta dan semenjak itu digunakan sebagai
lokasi ritual penyembelihan boneka pada Upacara Adat Saparan Bekakak. Tradisi
ini rutin dilaksanakan setiap bulan muharram. selain itu, Gunung Gamping pernah
pula menjadi korban keisengan orang-orang yang ingin memanfaatkan batunya hingga
kondisinya seperti saat ini.
Jika di selisik dari segi sejarahnya, setelah
perjanjian giyanti berlangsung pada tahun 1756, kawasan Gunung Gamping sah
menjadi kawasan kekuasaan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Maka itu, gunung
gamping pun menjadi pusat kegiatan spiritual dari keraton. Luas wilayah dari Gunung
Gamping yaitu seluas 150 Meter dengan luas seluruh kawasan yaitu seluas 1,89
Ha. Jika diliat berdasarkan angka, memang lokasi ini tidak seluas cagar alam
pada umumnya, namun sisi sejarah keberadaan gunung gamping ini sangat bernilai
hingga disematkan sebagai kawasan konservasi. Gunung Gamping diangkat menjadi
kawasan cagar alam pada tahun 1989 dan diserahkan pengelolaannya ke BKSDA pada
tahun 2003. Sebelumnya, Gunung Gamping dikelola oleh keluarga Kraton Kesultanan
Yogyakarta.
Setelah penelitian yang dilakukan oleh
UGM pada tahun 2015, hasil menunjukkan bahwa terdapat fosil hewan laut yang
menempel menjadi fragmen di Gunung Gamping. Hal ini membuktikan bahwa batuan
Gunung Gamping telah ada sejak jutaan tahun yang lalu sebelum pulau jawa
terbentuk. Hasil penemuan itu kemudian di pajang dalam sebuah papan informasi
di Gunung Gamping.
Gunung gamping, selain sisi sejarahnya
yang menakjubkan, tempat ini pun menjadi salah satu lokasi kunjungan wisata
yang menarik. Banyak pula peneliti yang melakukan penelitian mengenai Gunung
Gamping. Selain itu, Gunung Gamping seringkali digunakan untuk kegiatan
mahasiswa ataupun perkemahan bagi anak pramuka. Jadi, jika anda tertarik mengunjungi
batu bersejarah Gunung Gamping bisa langsung mengunjunginya pada hari kerja yaitu
setiap senin-jumat mulai pukul 07.00 s/d 16.00 WIB.