Sedangkan dirimu
Raut wajahnya memancarkan sendu, pilu,
dan keresahan yang amat mendalam. Matanya mulai berkaca-kaca. Begitu pula
wajahnya yang terlihat muram seperti langit abu yang kelam menjelang hadirnya
hujan. Disa, seorang perempuan berusia awal dua puluhan yang selama ini tak
kunjung henti memikirkan kehidupannya. Baginya, hidup ini begitu buruk dan masa
depannya terasa suram. Hampa, kosong, gelap menguasai pikirannya selama ini.
Tak khayal, berat badannya mulai tak terkontrol. Pola hidupnya kian hari kian
kacau. Disa tak lagi terlihat seperti dahulu, seorang perempuan yang cocok
menggunakan pakaian apa saja karena bobotnya yang ideal. Sifatnya yang ceria
dan ramah pula semakin memudar.
Disa menatap jauh di dalam kamarnya. Lalu
ia pun mulai menitikan air mata dengan ponsel yang masih erat di genggaman. Dari
layar ponsel itu, tampak foto unggahan terbaru dari teman-temannya di salah
satu media sosial dengan logo kotak berwarna pelangi. Semakin lama ia mulai
merana, terhanyut dalam kesedihan semu. Begitu dan begitu selalu tanpa kenal
waktu maupun keadaan.
Akhir-akhir ini, entah mengapa ia semakin
merasa terpuruk. Tak ada satupun status yang diunggahnya di media sosial dalam
beberapa bulan terakhir. Disa hanya sibuk mengamati status medsos
teman-temannya. Kebahagiaan orang lain yang ditampilkan di media sosial itu
membuat perasaannya campur aduk. Ia seakan mendapat secercah kebahagiaan semu
dari unggahan mereka. Di samping itu, ia lebih kerap merasa iri. Iri yang berlarut-larut
tak bisa diluapkan pun berujung tangis. Seperti yang saat ini ia lakukan. Disa begitu
ingin terlihat seperti teman-temannya, bahagia dengan kehidupan yang mereka
jalani.
Hari-hari berlalu, namun menyisakan
kepedihan dalam hati dan pikiran Disa. Gadis itu selalu ambil pusing pada hal
apapun. Sekecil apapun hal yang dilaluinya, dijumpainya, dipikirkannya, akan
semakin membuncah seakan menjadi bom waktu. Di saat-saat tertentu, ia bisa
menjadi amat sedih hanya dengan hal kecil, yang kemudian dibesar-besarkan
melalui imajinasi dari pikirannya sendiri.
“nggak bisa begini terus, aku harus
memulai hidupku sendiri tanpa membandingkannya dengan orang lain. Ayo Disa,
kamu pasti bisa memulai kebahagiaanmu sendiri!,” ujarnya dengan penuh semangat.
Ia terlihat berapi-api.
Motivasi dari dalam diri memang
dorongan terbaik, tapi tunggu dulu. Apakah itu akan bertahan seterusnya?.
#Tulisan gabut yang dibuat tepat pada pukul 10 malam di
dalam kamar kos sembari mendengar lagu dan melupakan penggarapan tugas skripsi
sejenak.