Pengabdian diri kepada sesama



Semenjak awal kuliah, aku bermimpi untuk bisa menjadi relawan mengajar di tempat-tempat terpencil, jauh di luar Pulau Jawa. 


Seiring berjalannya waktu, impian itu tetap tersimpan. Banyak info relawan yang lalu lalang di media sosial, tapi aku terlalu pesimis untuk mencoba satu di antaranya. Selama ini, aku hanya mengamati itu tanpa pernah terpikir untuk mendaftarkan diri.


Namun, pandanganku yang menganggap mengajar atau memberikan ilmu harus melalui program relawan di tempat terpencil lambat laun buyar, lalu berganti. Aku tak lagi begitu mendambakan ke luar Pulau Jawa untuk memberikan sedikit ilmu yang kupunya kepada orang lain. 


Sebagai orang yang memiliki ketertarikan di bidang lingkungan, melalui sebuah perkumpulan yang kuikuti, aku mencoba untuk membuat program pendidikan untuk anak-anak sekolah dasar mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Itulah yang menjadi ide utama dalam membawaku bersama teman-teman memulai program ini dengan penuh semangat perjuangan


Kami pun mencari beberapa sekolah untuk dijadikan lokasi program ini. Setelah berkeliling di beberapa tempat sembari bertanya-tanya, kami menemukan satu yang menarik, setidaknya menarik bagiku dan salah seorang teman. 


Setelah urusan perizinan telah kami kantongi, kami pun merencanakan program ini dengan memulai sebuah pertanyaan, "bagaimana caranya anak-anak bisa tertarik dengan materi seputar lingkungan hidup ini sampai paham, dan bahkan mau bertindak langsung di kehidupan sehari-hari?" 


Ternyata memang sulit, aku pun tak percaya diri untuk bisa mengubah perilaku mereka yang berkaitan dengan lingkungan ini. Namun setidaknya, aku dan teman-teman ingin mereka mengerti tentang konsep lingkungan hidup ini. Bagaimana hidup kita ini berkaitan dengan lingkungan hidup, lingkungan yang tidak kita jaga pun akan membawa dampak buruk bagi kita sendiri selaku makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Kemudian berangkatlah kami dengan menyiapkan materi presentasi yang (menurut kami saat itu cukup) interaktif dan berwarna-warni, hingga permainan dan hadiah apresiasi bagi anak-anak yang aktif. Katanya, anak-anak itu senang diberi penghargaan, maka kami pun berusaha memberi sebisanya, berhubung keterbatasan biaya pula. 


Kami pun memulai kegiatan dan masuk ke kelas-kelas lalu berkenalan dengan mereka. Ini kali pertamaku masuk ke kelas sebagai seorang "pengajar". Awalnya sungguh deg-degan, kepercayaan diri ini merosot hingga dasar. Aku tak yakin mampu mengurus anak-anak ini di kelas, apalagi memberi pengetahuan yang cukup penting untuk mereka.


Namun begitu berkenalan dan memulai materi, pikiranku seketika berubah, ternyata cukup menyenangkan. Aku merasa bahagia dengan apa yang bisa kuberi untuk mereka, mereka terhibur, begitu pula aku. Meskipun sulit diatur, tapi rasanya mengingatkan kembali akan kenangan masa kecil di bangku sekolah dasar. 


Selama kami melangsungkan kegiatan, mereka terlihat begitu antusias. Saat kami melempar pertanyaan, mereka selalu berusaha mengangkat tangan untuk menjawab, meski lebih sering salah daripada benernya. Ketika permainan berlangsung, mereka begitu tertarik dan berebut untuk menjadi yang pertama bergabung di dalamnya. 


Ternyata menyenangkan, perasaan itu membuatku rindu kembali ke masa itu dan ingin kembali melakukannya, namun sayangnya tidak bisa. Setidaknya aku bersyukur pernah menjadi bagian dari kegiatan itu. Rasanya berharga sekali hingga masih membekas dengan jelas di ingatan, bagaimana suasana saat di dalam kelas bersama mereka semua.


Aku merasa sangat berterima kasih atas kesempatan itu. Mengajar itu memang sulit, namun bagiku itu hal yang amat berharga. Aku menyadari betapa mulianya para pengajar atau guru di luar sana yang sabar, telaten, dan penuh keikhlasan untuk mendidik calon penerus bangsa ini. 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.